Ini adalah ‘selentingan’ atau ‘intermezo’ para peserta Jambore dari sekolah kita mengenai keadaan bumi perkemahan.
“Ulun pikir lokasi perkemahannya di hutan rindang, ada sungai dan hawanya sejuk, Ma’am…eh ternyata malah di lapangan. gak ada sungai pula….” keluh salah seorang peserta.
Sebenarnya anak-anak pramuka dari sekolah kita merasa sedikit kecewa dengan lokasi perkemahan yang bertempat di lapangan yang tandus tanpa ada tempat berlindung itu. Mana di dekat situ tidak ada sungai lagi (yang merupakan salah satu syarat untuk membuat tenda camp, harus dekat sungai)… Alih-alih sungai, yang disediakan oleh panlak malah mobil tangki yang airnya keruh dan harus dihemat. Apalagi letak mobil tangki yang lumayan jauh dari tenda, seember saja harus susah payah membawanya.
Tanya sana-sini akhirnya para peserta menemukan sebuah ‘danau’ untuk mandi. Namun permasalahan baru muncul; letaknya cukup jauh dari lokasi perkemahan, sehingga ketika peserta mau mandi gak jadi, takut kalau-kalau gak sempat….soalnya acara sangat padat! Belum lagi para panitia yang tidak bisa melihat peserta keluar lokasi sedikit saja, langsung ditegur. Siapa suruh menyediakan fasilitas yang minim….!
Sangat menjengkelkan sih sebenarnya. Coba bayangkan, keperluan vital seperti mandi, buang air kecil dan BAB harus terganggu gara-gara sarana untuk itu tidak memadai. memang ada sih WC dan kamar mandi disediakan, tapi airnya harus angkut sendiri. Dan siapa sih yang tahan dengan bau pesing yang nauzubillah…bikin napas megap-megap! Jadi, kira-kira ada gak yang tahan gak mandi selama 4 hari itu – kalaupun mandi itupun cuma sekali – pipis cuma pagi-pagi sama malam hari saja, dan gak BAB selama itu?
Alhasil, para peserta, alih-alih menggunakan fasilitas yang disediakan panitia, mereka malah lebih memilih numpang mandi, pipis dan BAB di rumah-rumah penduduk seberang lapangan. Kan bikin repot orang jadinya? Iya kalo yang punya rumah baik hati, kalo sambil ngomel, masa’ sih enak aja numpang mandi di rumah orang?
Kadang-kadang muncul pertanyaan, apa memang di kab. Tapin ini tidak ada satupun lokasi yang bagus buat acara seperti itu ya? Apa bumi Bastari kita ini sudah benar-benar rusak oleh pertambangan sehingga tidak ada sungai jernih, hutan rindang yang tertinggal? Seharusnya kita semua menyadari bahwa bumi kita ini sudah kritis, rusak oleh tangan-tangan kita sendiri. Hasilnya bisa dilihat sendiri; para peserta Jambore selama 4 hari harus rela menahan panas disiang hari..
Pertanyaan lain muncul; jangan-jangan yang namanya Jambore memang seperti itu: lokasi perkemahan di lapangan yang tandus, air dijatah, masalah mandi dan sebagainya adalah nomer kesekian yang penting kegiatan jalan, dan para peserta dibiarkan bikin repot penduduk untuk urusan ‘belakang’ tadi? Entahlah. Padahal di jadwal acara jelas-jelas dicantumkan; pada hari Kamis ada penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih….Nah, kontras sekali bukan? Si Tutor dengan bersemangat menjelaskan pentingnya kebersihan diri, namun didepan mata sendiri para peserta nyata-nyata tidak mandi. Bahkan ada salah satu peserta yang mengajukan pertanyaan:”Kalo kegiatannya seperti Jambore ini, gimana caranya menjaga kesehatan sementara mandi cuma sekali 4 hari…?”. Kata Bu Tutor; “kalau seperti sekarang ini, ya harus hemat air….” Okelakalobegitu….
Yah, terlepas dari semua itu, tulisan ini cuma sekedar mengungkapkan kekecewaan peserta Jambore, khususnya dari Gudep sekolah kita. Dan kalau boleh kasih saran, cobalah panitia cari tempat dan fasilitas yang lebih ‘layak’. Kasihan para peserta.. Jangan sampai Jambore = gak mandi dan gak BAB……hehehe…
Rabu, 11 Agustus 2010
Intermezo Jambore
Label:
Berita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar