SMPN 1 Binuang | Jl. Serawi Binuang | Kec. Binuang | Kab. Tapin | Kalimantan Selatan 71183| Telp : (0517)5508082

Sejarah

SEJARAH SMP NEGERI 1 BINUANG

    SMP Negeri 1 Binuang terletak di Jalan Serawi Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi ini terletak sekitar 2 km. dari pusat kota kecamatan. Sekolah ini merupakan sekolah menengah negeri tertua di Kecamatan Binuang, namun bukanlah sekolah menengah satu-satunya. Letak SMP Negeri 1 Binuang ini cukup strategis, karena berada sekitar 200 meter dari jalan raya, mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.

    Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 Juli 1983, namun baru dipergunakan sebagai tempat belajar tahun berikutnya yaitu tahun 1984. Sejak berdiri sampai sekarang sudah ada 6 kali pergantian kepala sekolah; yaitu Kepsek pertama adalah Bapak Basrie yang menjabat dari tahun 1984 – 1989, kemudian Bapak Radi Carlo menjabat tahun 1989 – 1991, Bapak Johansyah menjabat tahun 1991 – 1999, Bapak Dardir menjabat tahun 1999 – 2005. Kemudian Bapak Baserani, S.Pd menggantikan Bapak Dardir karena pensiun, menjabat tahun 2005 – 2006, dan terakhir Drs. Asy’ari menjabat tahun 2006 sampai sekarang.
 
    SMP Negeri 1 Binuang mempunyai kelompok belajar 13 ruang, yaitu kelas VII sebanyak 4 ruang, kelas VIII sebanyak 5 ruang, dan kelas IX sebanyak 4 ruang. Jumlah siswa pada tiap kelas berkisar antara 25 sampai 35 orang. Disamping itu SMP Negeri 1 Binuang juga mempunyai Laboraturium IPA, Laboraturium Bahasa, ruang komputer, ruang perpustakaan, ruang keterampilan, lapangan basket, lapangan bola voli dan lapangan olah raga. SMPN 1 Binuang merupakan sekolah Rintisan SSN, dengan nila Agreditasi B. sekolah ini menggunakan kurikulum KTSP.

   Sebagai Sekolah Menengah Pertama Negeri yang tertua, para masyarakat umumnya menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah ini. Kebanyakan orang tua siswa bermata pencaharian beragam, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, pedagang, sampai petani karet.
Karena kondisi sosial-budaya masyarakat Binuang adalah campuran antara suku Banjar dan suku Jawa, maka siswa-siswa nya pun juga campuran suku Banjar dan Jawa sehingga bahasa sehari-hari yang dipakai dalam percakapan non-formal adalah Bahasa Banjar dan Bahasa Jawa.