SMPN 1 Binuang | Jl. Serawi Binuang | Kec. Binuang | Kab. Tapin | Kalimantan Selatan 71183| Telp : (0517)5508082

Jumat, 22 Oktober 2010

Mengenang Adikku

-->
NISAN
Apa yang bisa kami kenang
Selain keridhaan yang kau tunjukkan
Keikhlasan yang telah kau ajarkan
Sungguh
Tak kutahu setinggi itu
saat malaikat maut menjemput
Dzikir ikhlas tetap kau pagut
kau panggil Syekh Samman Al Madani
Menuntun rohmu meninggalkan jasadmu
Allah Maha Rahim...Muhammad cahaya mu
Duhai cahaya keluarga
Kau tinggalkan kami harta berharga
... sabar dan ikhlas...
Semoga di alammu
Cahaya itu selalu melingkupmu
Amin...
In Memoriam Siti Riskina
Lahir 26 Desember 1976
Wafat
02 Oktober 2010
Alkah Muslimin, KM 4 Pemajatan Gambut, Kabupaten Banjar
Persinggahan Kembang
Sejak senja engkau berbenah dengan wajah indah
Malam2 sunyi kau lewati dengan gelisah sampai tiba waktunya subuh
Engkau berjalan, berangkat dengan pasrah
Seperti ungkapan Ali bin Abi Thalib
Sesungguhnya kematian terus mendekati kita
dan dunia terus meninggalkan kita
Kau tunggu kematian dengan tabah
Salam bagimu wahai penunggu mehrab keluh kesah
Sejahtera bagimu wahai rasul penyebar hidayah
Sungguh Tak kutahu setinggi itu maha rahasia
Saat kau memintaku tuk tetap memelukmu
JANGAN PERGI karena kau ingin ditemani
tercium aroma rambutmu yang ibu keramasi sore hari
Seperti yang kau pinta kaupun kami temani
Menyeru Rabb yang Maha Agung dan Maha Rahim
Memanggil Muhammad pemberi cahaya
Untukmu gelombang ucapan selamat dari sang Maha Rahman
Dengan Pemberkatan hati-hati yang wangi
Dzikirmu tak pernah berhenti
Membawamu berangkat, berjalan menuju sang Maha Suci
Air mata mu menetes pelan zikir itu tetap kau lafalkan
Bahkan ketika rohmu pergi perlahan
Kusadari kau telah tenang
Duhai cahaya keluarga
Kau tinggalkan kami dengan sebuah pelajaran
Tentang ikhlas dan sabar seperti yang kau tunjukkan
Duhai cahaya Maha Cahaya
Pemilik matahari yang benderang di pagi hari
pemilik bulan dan gemintang yang berkilau di malam hari
Terangi ia dengan kelembutan sinarMu
Naungi ia dalam rahmat Mu
Bukakan pintu surga baginya
Amin……..
PERJALANAN SUNYI
In Memoriam Siti Riskina
Tak pernah habis mengenangmu
Sampai kering air mata ini
Bukan apa adikku
Kesabaranmu mencambukku
Betapa aku begitu ego
Tak punya rasa besar padamu
Sesalku adalah tangis tak berkesudahan
Membayangkan malam-malammu yang kau lewati
Dengan sunyi, perih, dan sendiri
Sementara aku lelap dalam mimpi
Engkau berjuang dengan tabah dan pasrah
Pada maut yang memburumu
Pada kematian yang semakin menjemputmu
Pada janji yang kau terima di rahim bunda
Apa yang kau tunjukan telah menyadarkanku
Kau tak ingin menjadi beban bagi yang lain
Begitu berat yang kau bawa
Dan engkau terengah sendiri
Dalam sepi dan sunyi
Kini kau telah abadi
Sendiri dalam kuburmu yang selalu kupanjatkan agar diterangi
Wangi rambutmu semoga menjadi wangi kasturi
Di alam surga nanti
Adikku
Padamu kau sandang nama rezeki
Dan itu selalu kau bagi
Apa yang bisa kuberi
Untuk mengganti
semua yang pernah kau bagi pada kami
Hanya doa yang bisa kukirimi
Semoga kau tenang dan diterangi
Nur Muhammad yang suci
SENJA ITU INDAH
In Memoriam Siti Riskina
Masih kuingat ketika kanak dulu
Saat engkau kugendong ikut aku
Berjanji takkan menggangguku
Engkau bergayut di lenganku
Bola matamu indah
Dan kau katakan senja itu indah
Ah..aku tak mengerti itu
Lalu hujan turun
Kau bilang harum sungguh bau tanah
Aku masih tak peduli
Kau memintaku
Coba kau cium bau tanah
Harum dan basah
Kuiakan karena kuingin kau bahagia
Lalu kau duduk di samping pintu seperti biasa
Melihat lalu lalang sesiapa lewat
Memandang tanamanmu yang kian subur menghijau
Kau katakan “sumber rejeki ku kian subur
Semoga rejekiku makmur”
Lalu kau awasi kucing-kucingmu yang nakal
Sekali lagi kau katakan ‘kucing ini kan membantuku kakiku melewati sirathal mustaqim’
Aku tertawa sebab kau tahu, aku tak suka kucing
Kupikir kau hanya ingin mempengaruhiku
Matamu sembab
Lebih cantik kulihat
Masih sempat kau tanya
Adakah wajahku terlihat?
Maafkan kami..
Kami bodoh dan acuh
Saat malam mendekat
Candamu masih hangat dan akrab
Setelah kakimu kupijat sesaat
Hatiku terkesiap
Tanganmu memeluk bunda dengan rapat
Tapi aku tetap tak dapat membaca tanda-tanda
Rasanya baru sesaat lalu kau kudekap
Nafasmu masih terdengar di telinga
Bagiku kau tetap ada di hati
Disetiap langkah yang kujalani
Selama Tuhan masih memberiku nafas
Kau tak pernah mati
Di hati kami

Rabu, 11 Agustus 2010

JAMBORE CABANG KAB. TAPIN

Gerakan Pramuka Gugus Depan SMPN 1 Binuang mengikuti perkemahan atau yang disebut Jambore se Kab. Tapin, Senin, 2 Agustus sampai Kamis 5 Agustus 2010 kemaren. Gugus Depan kita merupakan wakil dari Kwartir Ranting Binuang, disamping Gugus Depan dari MTsN Binuang.

Kegiatan in berlangsung 4 hari di desa Salam Babaris, kec. Tapin Sselatan. Bumi perkemahan bertempat di lapangan, sekitar 3 km dari Tambarangan. Cuaca yang terik membuat tenda para peserta terasa panas dan ketika dingin ketika malam hari. Namun hal itu tidak mengurangi semangat peserta walaupun acara sangat padat.

Mulai berangkat hari Senin itu cuaca sangat terik, dan para peserta harus mendirikan tenda ditengah teriknya matahari jam 13 WITA itu. Tapi setelahnya acara cuma diisi dengan kegiatan pribadi. Untuk upacara pembukaan yang akan dihadiri Bupati Tapin baru besok pagi dilaksanakan.

Selama 4 hari itu banyak sekali kegiatan yang diikuti peserta, mulai dari apel pagi-sore, mengikuti lomba-lomba, penyuluhan tentang narkoba (oh iya, tema Jambore adalah menciptakan generasi muda anti narkoba) dan out bond/wide game. Walaupun cape namun peserta tetap semangat, apalagi bila diberi kesempatan meneriakkan yel-yel, peserta seperti saling beradu teriakan saking semangatnya.

Disamping kecakapan kepanduan, para peserta juga belajar hidup mandiri dengan memasak dan menjaga kebersihan tenda. Diajarkan hidup sederhana, disiplin dan taat peraturan. Sangat bagus untuk generasi muda kita.

Meskipun pramuka kwarran Binuang persiapannya seadanya dan hanya sedikit mendapat dukungan dana dari kecamatan, namun sangat mengejutkan bisa memperoleh 5 buah piala; antara lain juara 1 lomba menggambar, juara 3 kebersihan tenda, juara 3 outbond, juara 3 lomba menulis puisi dan juara 3 pentas seni. Salut buat kreatifitas peserta!! Apalagi dari kwarran Binuang terpilih 4 orang yang akan mewakili kab. Tapin ke Jambore Daerah nanti, dan salah satunya adalah Rina Purwandani dari SMPN 1 Binuang…hebat!

Dan yang membuat bangga, ternyata banyak siswa-siswa kita yang berbakat dalam seni, diantaranya ovie yang mengiringi madihin dengan petikan gitar, dan duo Nelly-Putri yang menyanyikan lagu Aishiteru (Nelly main gitar, Putri nyanyi) dengan sangat bagus.

Akhirnya, semoga kegiatan seperti ini dapat mendidik generasi muda kita agar lebih baik. AYO SEMUANYA, IKUT PRAMUKA!!

Intermezo Jambore

Ini adalah ‘selentingan’ atau ‘intermezo’ para peserta Jambore dari sekolah kita mengenai keadaan bumi perkemahan.

“Ulun pikir lokasi perkemahannya di hutan rindang, ada sungai dan hawanya sejuk, Ma’am…eh ternyata malah di lapangan. gak ada sungai pula….” keluh salah seorang peserta.

Sebenarnya anak-anak pramuka dari sekolah kita merasa sedikit kecewa dengan lokasi perkemahan yang bertempat di lapangan yang tandus tanpa ada tempat berlindung itu. Mana di dekat situ tidak ada sungai lagi (yang merupakan salah satu syarat untuk membuat tenda camp, harus dekat sungai)… Alih-alih sungai, yang disediakan oleh panlak malah mobil tangki yang airnya keruh dan harus dihemat. Apalagi letak mobil tangki yang lumayan jauh dari tenda, seember saja harus susah payah membawanya.

Tanya sana-sini akhirnya para peserta menemukan sebuah ‘danau’ untuk mandi. Namun permasalahan baru muncul; letaknya cukup jauh dari lokasi perkemahan, sehingga ketika peserta mau mandi gak jadi, takut kalau-kalau gak sempat….soalnya acara sangat padat! Belum lagi para panitia yang tidak bisa melihat peserta keluar lokasi sedikit saja, langsung ditegur. Siapa suruh menyediakan fasilitas yang minim….!

Sangat menjengkelkan sih sebenarnya. Coba bayangkan, keperluan vital seperti mandi, buang air kecil dan BAB harus terganggu gara-gara sarana untuk itu tidak memadai. memang ada sih WC dan kamar mandi disediakan, tapi airnya harus angkut sendiri. Dan siapa sih yang tahan dengan bau pesing yang nauzubillah…bikin napas megap-megap! Jadi, kira-kira ada gak yang tahan gak mandi selama 4 hari itu – kalaupun mandi itupun cuma sekali – pipis cuma pagi-pagi sama malam hari saja, dan gak BAB selama itu?

Alhasil, para peserta, alih-alih menggunakan fasilitas yang disediakan panitia, mereka malah lebih memilih numpang mandi, pipis dan BAB di rumah-rumah penduduk seberang lapangan. Kan bikin repot orang jadinya? Iya kalo yang punya rumah baik hati, kalo sambil ngomel, masa’ sih enak aja numpang mandi di rumah orang?

Kadang-kadang muncul pertanyaan, apa memang di kab. Tapin ini tidak ada satupun lokasi yang bagus buat acara seperti itu ya? Apa bumi Bastari kita ini sudah benar-benar rusak oleh pertambangan sehingga tidak ada sungai jernih, hutan rindang yang tertinggal? Seharusnya kita semua menyadari bahwa bumi kita ini sudah kritis, rusak oleh tangan-tangan kita sendiri. Hasilnya bisa dilihat sendiri; para peserta Jambore selama 4 hari harus rela menahan panas disiang hari..

Pertanyaan lain muncul; jangan-jangan yang namanya Jambore memang seperti itu: lokasi perkemahan di lapangan yang tandus, air dijatah, masalah mandi dan sebagainya adalah nomer kesekian yang penting kegiatan jalan, dan para peserta dibiarkan bikin repot penduduk untuk urusan ‘belakang’ tadi? Entahlah. Padahal di jadwal acara jelas-jelas dicantumkan; pada hari Kamis ada penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih….Nah, kontras sekali bukan? Si Tutor dengan bersemangat menjelaskan pentingnya kebersihan diri, namun didepan mata sendiri para peserta nyata-nyata tidak mandi. Bahkan ada salah satu peserta yang mengajukan pertanyaan:”Kalo kegiatannya seperti Jambore ini, gimana caranya menjaga kesehatan sementara mandi cuma sekali 4 hari…?”. Kata Bu Tutor; “kalau seperti sekarang ini, ya harus hemat air….” Okelakalobegitu….

Yah, terlepas dari semua itu, tulisan ini cuma sekedar mengungkapkan kekecewaan peserta Jambore, khususnya dari Gudep sekolah kita. Dan kalau boleh kasih saran, cobalah panitia cari tempat dan fasilitas yang lebih ‘layak’. Kasihan para peserta.. Jangan sampai Jambore = gak mandi dan gak BAB……hehehe…

Sabtu, 03 Juli 2010

Flying Fox

Tahukah kalian, kemaren hari Minggu 27 Juni 2010 adalah hari yang seru bagi anggota pramuka sekolah kita? Gimana tidak, kemaren itu seharian penuh diisi dengan kegiatan penjelajahan alam, atau kalo bahasa pramukanya ‘wide game’, kemudian siangnya disambung dengan kegiatan yang baru pertama kali dan satu-satunya di Binuang City ini, kegiatan yang, mungkin bagi sebagian besar siswa cuma bisa dilihat di TV pas acara liburan, yaitu…..FLYING FOX!PICT0276

Iya bener! Emang bener-bener para anggota pramuka kita dilatih dan maen Flying Fox itu. Tau kan sama Flying Fox, atau bahasa kita ‘Rubah Terbang’? itu tuh…maen luncur-luncuran di udara pake tali, gak ubah kaya terbang bebas. Gak percaya? Coba aja simak.

Kegiatan pramuka memang akan mengadakan acara wide game atau penjelajahan alam. Maunya sih Bu Satriya mengadakan acara kemah, tapi berhubung keadaan yang gak mendukung, maka ya sudah, wide game pun jadi. Ngomong sana-sini, tiba-tiba Bu Helma nyumbang saran, gimana kalo anak-anak kita ajak main Flying Fox? Kebetulan Bu Helma dulu waktu kuliah adalah anggota Mapala, atau Mahasiswa Pencinta Alam di kampus beliau, yang kegiatannya gak jauh-jauh dari adventure seperti Flying Fox itu.

Karena keadaan cukup memungkinkan untuk melakukan aksi uji nyali itu, maka Bu Helma, setelah diamini oleh Bu Satriya, langsung kontak teman-teman beliau di Banjarmasin, yaitu Mapala IMPAS-B (Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam, Seni dan Budaya) FKIP Unlam Banjarmasin.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dari pagi para anggota Pramuka telah berkumpul di sekolah. Acara penjelajahan alam dimulai. Para kakak Pembina Pramuka cukup banyak yang ikutan membantu meramaikan acara. Anak-anak dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggota 5 orang. Tiap-tiap kelompok harus mencari pos-pos sebanyak 7 buah, dimana tiap pos akan ada pertanyaan yang berhubungan dengan kecakapan bidang kepramukaan.

Awalnya anak-anak seru-seru aja. Tapi pas selesai pos terakhir dan kembali ke base camp, kok mereka pada nangis ya…? Apalagi begitu melihat bapak Supianto dan Bu Helma, mereka langsung salaman cium tangan sambil minta maaf. Ooh….ternyata di pos terakhir itu mereka diberikan wejangan dan renungan suci untuk menyadari kesalahan-kesalahan mereka…Dikira jatuh atau luka…eeh ternyata menyadari kesalahan too..hehehe..

Tepat pukul12 siang, kakak-kakak dari IMPAS-B datang dari Banjarmasin naik motor. Setelah perkenalan di sekolah dan makan siang, kaka-kaka ini langsung menuju lokasi Flying Fox, daerah Gunung Batu di Sarang Burung (ini nama desa, bukan sarang burung beneran, lho..) untuk menyiapkan dan memasang peralatan.

Eh..ternyata cukup lama juga ya memasang tali dan alat lainnya. Tuh…kaka-kakanya aja sampai keringetan. Bahkan ada satu kaka yang nangkring di atas pohon aja…bukannya mau meniru monyet, tapi memang sidin lagi sibuk memasang tali carmantel dan kunci-kunci pengamannya..hehe. nah.. lalu pas saat mengencangkan tali, perlu banyak tenaga yang membantu. Gak kurang semua kaka Pembina pramuka dan anak-anak cowo lainnya ikutan membantu. Yak…tarik…tahan..!

Cukup lama juga acara tarik-menarik ini selesai, soalnya perlu tenaga ekstra sih…sampai-sampai ada alat yang rusak dan tali yang putus…kasian kaka-kaka dari IMPAS-B, talinya rusak. Padahal belinya mahal lho… Akhirnya setelah perjuangan berat, terpasang juga talinya. Alhamdulillah…

Nah, sekarang tiba acara yang seru nih…satu persatu anak-anak mulai meluncur berFlying-Fox-ria. Gak ketinggalan Egwin yang bertubuh mirip si Po Kungfu Panda…hihihi…gendut maksudnya. Setelah dipaksa, akhirnya Egwin pasrah dikerubuti kaka-kaka yang memasangkan weebing atau sabuk pengaman. Awalnya yang lain ragu, sanggup gak neeh talinya menahan tubuh Egwin yang nauzubillah itu..? Tapi para kaka dari IMPAS-B meyakinkan, kekuatan tali dan pengaman lainnya mampu menahan beban seberat 3 ton! Kecuali berat Egwin lebih dari 3 ton, baru kalian boleh khawatir…. Hebat!

Akhirnya Egwin siap meluncur. Para penonton sibuk member semangat, ada yang bilang I love you segala…heehe.. Apa pesan terakhir Win? “Aku mau diet kalo sampai diseberang..”,teriak Egwin…eehh bener nih?

Area Fling Fox itu memang benar-benar mantap, kita meluncur menyeberangi kolam ikan, dari atas ke bawah yang cukup curam dan bikin jantung deg-degan. Apalagi pas meluncurnya, serasa pengen teriak antara takut dan senang. Tapi gak usah khawatir…kaka-kaka dari IMPAS-B memang benar-benar terlatih, mereka dengan penuh semangat melatih anak-anak. Ditambah pemandangan yang cukup indah, yang berbukit-bukit dan ada sungai kecil, meskipun airnya dari danau bekas kerukan batu bara yang sudah tidak terpakai lagi….benar-benar kontras…

Sayangnya, acara harus dihentikan karena hujan deras turun. Apalagi peralatan sebenarnya harus dihindarkan dari basah, dan tidak bisa digunakan. Sayang pula karena masih ada beberapa anak yang belum mencoba meluncur karena keburu hujan… Tapi gak papa, karena dari pagi sampai sore ini acara sudah seru, meskipun belum sempat mencoba, tahun depan akan diadakan lagi Flying Fox dan kaka-kaka dari IMPAS-B sangat bersedia datang lagi. Bulan depan diundang lagi juga pasti datang…kata mereka.

Akhirnya semua pulang, walaupun sambil hujan-hujanan karena hari sudah senja. Yang pasti acara ini sukses besar, dan mudah-mudahan menambah semangat para siswa untuk terus ikut kegiatan Pramuka.

Senin, 07 Juni 2010

DENTING-DENTING IRAMA PANTING SI ALIN

-->
oleh: Indah Tri Rahayu
Libur ujian Nasional sudah berlalu, tapi semuanya masih hangat dalam ingatanku. Biasanya, tiap libura ujian Nasional aku memilih ke rumah Irma, sepupuku di Banjarmasin. Disana aku menghabiskan waktu dengan menikmati tiupan angin sepanjang pantai depan gubernuran hingga jembatan merdeka. Aku sendiri heran, kenapa seperti tak ada tempat lain. Pilihannya itu-itu aja. Bagiku, melihat Banjarmasin yang hanya bisa kulakukan setahun sekali lebih klop jika berada di Taman Siring. Terasa, setiap tahun ada perubahan. Sepanjang taman Siring tiap Sabtu sore penuh dengan aneka karakter manusia. Tahun sebelumnya, belum kulihat ada anak-anak punk mangkal disana, kali ini anak-anak punk bebas berekspresi dengan komunitasnya. Aman-aman saja, karena memang mereka tak membuat ulah. Belum lagi menyaksikan indahnya percikan air barisan pemadam yang berlatih,dimataku seperti lengkungan pelangi . Para penjual pentol mendominasi arena taman sore itu dan aneka softdrink sebentar saja habis diserbu pembeli. Menikmati sore sepanjang sungai Martapura diseling bunyi mesin klotok yang lalu lalang dan sesekali kulihat elang terbang mencari mangsa. Bagiku benar-benar sebuah pemandangan uniik. Tak terasa berjam-jam aku betah disitu. Sambil menikmati tahu gunting dan es nyiur, aku bercanda bersama Irma.
“Indah, tuh..liat, ..di sebrang sana, itu yang namanya rumah lanting..kamu bisa bayangin nggak, lagi ngapain penghuninya di dalam..” tanya Irma tiba-tiba.
“ Pasti lagi makan siang…terbalik nggak ya, kuahnya,,kalau pas klotok lewat.?’” Aku balik bertanya.
“Emang kamu yakin mereka makan pakai sayur…paling-paling yang terbalik air minumnya…he..he ..tawa kami berbarengan.
Itulah enaknya sama Irma, ada aja yang diomongin. Tak terasa, senja beranjak malam. Kumandang azan magrib menyentuh sanubariku. Kami beringsut, bergegas menuju arah masjid di berang taman. Memanjakan mata dan pikiran sepanjang sore di taman siring tak membuat kami lupa untuk melaksanakan kewajiban kami menghadap Sang Pemberi Nafas.
Usai shalat magrib kami kembali cuci mata menikmati pergantian waktu. Pohon lampu-lampu neon berwarna-warni begitu indah. Berkelap-kelip meliuk-liuk bagai seribu kunang-kunang menari indah. Aku mensyukuri betapa indahnya pemberian Sang Maha Pemberi. Kota Banjarmasin, taman Siring semakin Bungas di mataku. Kapan kota ku secantik ini? Aku yakin tak lama lagi.
Darr… tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang, membuyarkan lamunanku setahun lalu tentang Banjarmasin. Aku betul-betul terkejut..Irma..sepupu centilku ini datang berlibur ke kotaku. Tak ada pemberitahuan kapan ia akan datang, kukira dua hari lagi. Ternyata Irma curi start..ia libur lebih dulu dan merengek-rengek pada ibunya agar bisa berlibur ke kotaku. Irma..Irma..apa yang kamu lihat di kota kecil yang baru merangkak ini? Tapi aku tahu Irma, kepalanya lebih keras dari batok kelapa.
Menghabiskan libur di kota B, bagiku sama sekali tak ada yang menarik. Apa yang bisa kutunjukkan ke Irma. Danau-danau terlantar bekas galian batubara? Debu yang menyesakkan nafas, deru mesin-mesin truk pengangkut batu bara, atau gunung-gunung yang kini telah berbentuk jurang, atau …ah, aku bingung apa yang mesti kutunjukkan tentang kotaku. Aha,..ada Goa Batu Hapu yang menyimpan legenda Radin Pangantin, Si Anak Durhaka.. ada sirkuit Balipat yang berskala internasional dan stadion sepakbola yang juga berskala internasional. Tapi bagaimana bisa kutunjukkan. Jika tak ada event kegiatan, pintunya terkunci. Tak apalah, kami bisa melihatnya sejenak dari luar. Semua kutawarkan pada Irma, apa yang akan dipilihnya terlebih dulu. Tepat dugaanku… The Legend of Goa Batu Hapu…itu pilihan pertama Irma.
“Indah,.. besok pagi kita ke Batu Hapu ya,..kamu berani kan ngantar aku kesana?” tanya Irma tak memberiku kesempatan menolak.
“Oke..non..pagi-pagi, kita siap meluncur bersama” jawabku tak kalah semangat.
Usai sarapan pagi, kami bergegas memanaskan mesin sepeda motor. Jarak Goa Batu Hapu hanya sekitar 12 km dari rumahku. Dalam setengah jam aku yakin, kami pasti sudah berada di kerindangan pohon-pohon karet yang menaungi gua legenda itu. Sudah kubayangkan, Irma akan sibuk jepret sana-sini, mengabadikan stalagtit yang menggantung indah di dinding-dinding gua. Ratusan kelelawar yang bergelantungan dalam gua tak akan menjadi penghalang bagi Irma untuk mengelilingi gua. Aku heran, cewek centil yang satu ini petualang banget. Entah darimana darah itu mengalir. Ayah ibu, dan kakak nya home sweet banget.
Menikmati udara pagi menuju gua batu hapu serasa melonggarkan nafasku yang seharian sesak menghisap udara bercampur debu dan asap kanlpot. Sayang, perjalanan tak sesuai yang kami harapkan. Tiba-tiba ban sepeda motor kami kempes. Sial… padahal kami igin berlena-lena menikmati segar udara sekeliling gua. Wajah Irma terlihat cemberut…
“Jangan cemberut..ntar cepat keriput…lama-lama jadi nini kisut…hi..hi…” candaku sambil menuntun sepeda motor. Irma mengusap peluh yang mengalir di wajahnya.
“Tuch…di depan ada bengkel..santai aja muhanya…” candaku lagi.
‘Paman..paman..paman…ui…urangnya….” seru Irma. Tak ada sahutan. Kami heran, padahal jelas-jelas bengkel tambal ban ini buka.
“Kita tunggu aja..barangkali pamannya lagi kebelet..” ucap Irma .
Sambil menunggu, kami iseng melihat-lihat sekitar. Sayup-sayup, telingaku mendengar suara music. Bukan..bukan music, tepatnya seperti suara panting. Yah..aku hafal dengan suara panting. Sebab setiap sore, setiap kali kubuka televisi local..terdengar bunyi music tradisional yang melagukan Paris Barantai. Makanya, meski tak pernah kulihat langsung music panting, setidaknya aku sering mendengarnya. Aku tak pernah tahu secara langsung seperti apa bentuknya. Semacam gitarkah, atau biola? Jika kulihat lewat gambar seperti gitar kecil mainan adikku. Tapi bunyinya seperti biola. Ah, tak peduli bentuknya seperti apa. Yang jelas aku sangat menyukainya. Pernah suatu kali aku ke toko buku di Banjarmasin Senangnya hatiku, saat itu music panting dibunyikan. Kucari di stand kaset dan CD berharap semoga music yang lagi kedengar saat itu ada dijual. Pencarianku sia-sia. Pelan dan malu-malu kutanya petugas.
“Mbak..musik panting yang lagi diputar ini ada nggak kaset/CDnya..?” tanyaku
“Oh..nggak..ada..ini juga kami down load dari Swiss Bell Hotel…” jelas petugas cantik itu dengan ramah.
“GimAna dong Mbak, cara dapetin..aku pengiiin…banget..boleh dong Mbak kita ngopi..” tanyaku nekad.
“Wah..nggak bisa Dik, kita nggak berani, ngaak ada ijin, ntar malah kita masuk penjara karena menggadakan tanpa seijin pemilik..he..he..” jelas Mbak itu ramah.
Aku kecewa berat..kenapa music ini sulit banget di dapat. Gimana mau cinta music daerah, kalau nggak dijual bebas kayak kaset-kaset lain, lama-lama nanti di klaim Malaysia tu..sebagai music daerahnya..Batik udah, Rasa Sayange udah, Tari Bali udah…jangan-jangan nanti kalau panting di dengar Malaysia, di klaimnya lagi…uhh…sebal..gumamku sendiri .
Suara panting itu kian dekat. Aku tak tahu lagu apa yang dimainkan. Terasa terdengar berbeda. Tajam menusuk-nusuk, pedih menyayat-nyayat. Sepertinya dimainkan dengan nada marah dan kecewa. Aku dan Irma terus mendekat ke sumber bunyi. Sebuah rumah bercat hijau halamannya tak terawat, daun-daun gugur berserakan. Kami ucapkan salam. Tak ada sahutan. Bunyi panting itu kian jelas terdengar. Nadanya kian tak beraturan, kian menyayat-nyayat. Kami berpandangan, ada sedikit keraguan di hatiku. Irma tetap seperti biasa. Tegar tak ada rasa was-was di wajahnya.
Assalamualaikum…” ini sudah ketujuh kalinya kami mengulang.
Sikap nekad Irma mulai kambuh. Dicobanya membuka pintu, tak terkunci. Lagi-lagi kami berpandangan. Masuk atau tidak ya... Nekad kami masuk. Pelan dan sambil komat-kamit, kubaca Shalawat Nabi sebanyak-banyaknya, masuk rumah orang tanpa permisi jelas ini pertama kali. Di dalam ruangan semakin terlihat kotor, menunjukkan rumah ini tak terawatt, padahal jelas-jelas ada penghuninya. Paling tidak bapak-bapak pemain panting tadi, pikirku. Musik itu masih dimainkan. Kami menuju ke kamar.
Astaga…benar-benar diluar dugaan kami. Seorang anak yang kutaksir berusia 13 tahun duduk di samping dipan menunggui ayahnya yang sakit. Melihat kami masuk, ia menghentikan permainannya. Wajahnya kurus, tatapan matanya tajam memandang kami. Irma mengenalkan diri terlebih dulu. Aku menyusulnya. Kukira yang memainkan panting tadi orang tua, ternyata usianya tak jauh beda denganku. Darimana ia belajar memetik senar-senar panting. Tuhan, aku bingung..tubuhku tiba-tiba panas dingin. Alat music dan pemainnya kini ada di hadapanku. Tapi kenapa aku takut dengan permainan panting anak itu?
“Namaku Alin…aku belajar panting sejak usia enam tahun. Ayah yang mengajariku, sidin dulu pemain panting . Kami sekeluarga pemain panting. Tapi, sejak ibu meninggal, ayah tak mau lagi memainkan music ini. Waktu itu, kami diundang orang, di jalan mobil yang kami tumpangi ditabrak truk batubara. Ibu meninggal di tempat, aku dan ayah masuk rumah sakit. Sayang, ayah tak bisa lagi berjalan. Sebelah kakiku juga tak bisa disembuhkan. Sampai sekarang, aku tak bisa berjalan normal. Aku malu dengan teman-teman, makanya aku memilih berhenti sekolah. Meski ayah sering melarangku memainkan panting, aku tetap nekad…soalnya tiap kali aku memainkan panting, ibu seolah-olah hadir bernyanyi di sampingku. Sampai akhirnya ayah maklum, dan tak melarangku lagi. Beginilah, kalau bengkel lagi sunyi aku memainkan panting. Sedikit menghibur….” Ucapnya tercekat menahan tangis.
“Alin..kamu tinggal sama siapa?’ tanyaku
“Berdua ayah,. Aku merawat ayah. Aku bekerja sebagai penambal ban untuk makan sehari-hari. Mengharap ayah normal seperti dulu, rasanya nggak mungkin. “ ucapnya pasrah.
Tak terasa mendengar cerita singkatnya kami menitikkan airmata. Kusembunyikan rapat-rapat. Kulirik Irma, si centil ini matanya memerah menahan haru.
“Eh..kalian koq bisa disini? “ tanya Alin
“Kami kempes ban,.kami mau ke Batu Hapu, tiba-tiba ban kempes dan kami tersesat kesini…” jawab Irma sekenanya menetralisir suasana.
“Oh..ya, kalau begitu, mari kita ke bengkel..maaf, bengkel sejak pagi sunyi, jadi aku milih main panting” ucap Alin. Ia mencoba bangun dengan tertatih. Kakinya pincang. Terseret-seret ia menuju bengkelnya. Kami mengiringinya dari belakang. Sekecil ini ia hidup dengan beban seberat itu? Jika itu terjadi pada kami, aku tak yakin sanggup menjalani.
Perjalanan ke Batu Hapu kami putuskan berhenti di bengkel Alin. Entah kenapa, hati kami cepat akrab dengan anak laki-laki yang penuh derita ini. Aku dan Irma sibuk memikirkan ide apa yang akan kami sampaikan nanti.
“Lin..” ucapku berbarengan dengan Irma.
“He..he..Indah. mau ngomong apa kamu..?” tamya Irma
“Kamu aja duluan, mau ngomong apa ke Alin”..jawabku
“Lin,..kapan-kapan pantingmu kurekam ya, nanti kuperbanyak, ayahku punya studio music..uang hasil CD mu nanti buat kamu dan ayahmu, mau nggak..ayahku pasti setuju..” kata Irma. Aku melongo.
“Indah..kalau kamu gimana?” tanya Irma
“Hmm…Lin, kamu mau nggak ngajarain kami music panting, nanti kami yang kesini, aku mau ngusul dulu sama Bu Guru, mudah-mudahan beliau setuju untuk kegiatan ekskul..Yah, mudah-mudahan aja sekolah punya dan cukup untuk pelatih ekskul, kalau nggak kami akan patungan buat bayar ke kamu sebagai pelatih..mau ya..mau ya Lin,,.mau dong..”” desak Indah.
Alin Cuma tersenyum. Ia tak bisa memberi jawaban pasti.
Usai menambal ban, aku mencubit lengan Irma dan mengedipkan sebelah mata. Isyarat ini biasa kami lakukan. Kukeluarkan isi dompetku dan kuserahkan ke Irma. Terkumpul dua puluh lima ribu. Dengan hati tulus kuserahkan ke Alin. Alin menolak. Ia hanya mengambil jatah tambal ban sebesar tujuh ribu rupiah. Kami tak ingin melukai perasaannya. Uang itu kumasukkan ke dompetku lagi. Alin kami minta memainkan panting kembali. Irama panting berdenting lagi. Lagu Uma-Abah mengalun merasuk ke hati…
Kami pamit. Hari ini tak jadi ke Batu Hapu tak apa-apa. Meski keindahan stalagtik tak jadi kami nikmati, tapi kami punya pelajaran berarti. Kami janji, kami pasti kembali.
Batu Hapu..Batu Hapu.. Legendamu terukir abadi..

Senin, 10 Mei 2010

PENGUMUMAN KELULUSAN UN DIWARNAI SEDIKIT PROTES SISWA

Sabtu, 8 Mei 2010 pengumuman kelulusan UN SMP dilaksanakan. Setelah sekian jam menunggu dengan deg-degan, pukul 10.30 wita akhirnya amplop pengumuman yang dijepit dalam album alumni 2010 itupun akhirnya dibagikan di ruang kelas oleh wali kelas dan diterima oleh wali murid masing-masing siswa. Detik-detik menunggu pengumuman, tentu mennjadi hal yang paling mendebarkan bagi siswa. Apalagi, sebelumnya beredar kabar bahwa siswa di sekolah ini ada yang harus mengulang.

Sebelum pengumuman dibagikan, kepala sekolah Drs. Asy’ari, terlebih dahulu mengadakan rapat Dewan Guru yang intinya adalah bagaimana membesarkan hati para siswa yang harus mengulang agar terhindar dari trauma psikologis dan menjelaskan pada orangtua mereka bahwa sekolah sudah berupaya membantu baik dengan les, tambahan jam belajar, dan penjelasan berkali-kali agar dalam melingkari jawaban para siswa harus hati-hati dan tidak sembrono. Masalah ujian sekolah dan ujian praktek agar lebih diperhatikan, bagi siswa yang masih bermasalah dalam ujian praktek dll, pengumuman kelulusan agar ditunda dan diberi penjelasan sebab-sebab penundaan tersebut dan harus segera diselesaikan secepat mungkin. Ini terjadi karena ada beberapa siswa yang tidak ikut ujian praktek, padahal guru yang bersangkutan sudah berkali-kali memanggil agar siswa tersebut segera ikut ujian praktek.

Dari 120 siswa yang ikut ujian Nasional, ternyata ada 3 orang siswa yang terpaksa harus mengulang, karena nilai mereka berada di bawah standar kelulusan. Ini berarti prosentasi kelulusan sebesar 97,5%. Dalam ujian sekolah, seluruh siswa memperoleh nilai di atas standar kelulusan. Meski demikian,ada beberapa siswa yang terpakasa pengumuman kelulusannya ditunda karena belum menyelesaikan ujian praktek. Selama ini siswa beranggapan bahwa kelulusan hanya ditentukan oleh ujian nasional. Anggapan demikian jelas kurang benar, karena Ujian Sekolah dan ujian praktek turut berpengaruh besar dalam kelulusan.

Untuk mengatasi trauma siswa yang belum berhasil dalam ujian Nasional, para guru menekankan bahwa ini bukan masalah Lulus/Tidak Lulus..melainkan hanya Mengulang. Karena dalam lembar pengumuman Ujian Nasional yang tercantum adalan U (Ulang)Yang diulangpun hanya mata pelajaran yang belum mencapai standar..ijazahnya pun ijazah SMP, bukan Paket…. Hal ini cukup membantu untuk membesarkan hati para siswa dan kekecewaan orangtua.

Namun, sedikit protes terjadi usai pengumuman perainh nilai teringgi Ujian Nasional.Banyak siswa merasa tidak puas dan tidak percaya pada salah satu peraih peringkat tersebut.

Dia memang berhak meraih peringkat satu,karena dia memang pintar dan jago sains di kabupaten ini,tapi…yang lain..mereka cuma beruntung… protes lima orang siswa berbarengan.Nilai ini banyak nggak sesuai… Coba bayAngkan, yang jarang masuk kelas… Bahasa Inggrisnya,,hampir sembilan...booo. Mereka terus bergumam sesama teman, ribut-ribut ini akhirnya mereda setelah ada penjelasan bahwa ini sudah terjadi dan inilah rejeki mereka..Ga perlu diributkan. Lain kali semoga keberuntungan ada di tanganmu. Ini keampuhan doa dan bakti pada orangtua serta guru..Meski jawaban ini tak memuaskan mereka, paling tidak sedikit mengurangi kegundahan.

Lucunya, para dewan guru ternyata punya kandidat masing-masing dalam hal peringkat UN. Bu Kamariah, S.Pd selaku Bagian Kurikulum menyebutkan kandidatnya, jika boleh berandai-andai maka peringkat satu Aulia Rahman, Lucky Delli Saputra, dan Arie Kurniawan… Ibu Shinta,S.Pd, guru Bhasa Inggris juga punya jagoan..Lucky, Ferry, Arie Kurniawan, Aulia, Fitriyanoor. mereka layak lho dapat peringkat.. Tak beda jauh dengan mereka, Bapak Supianto, S.Pd wali kelas IX/B punya jago pula..Lucky, Fitriyanoor, DAN Firman H..ketiganya jagoan IX/B tapi ada Mirnawati juga lho… Heriani, S.Pd selaku guru IPS dan awali kelas IX/A punya jagian juga..Arie, Ferry, Anita, Dini…(eh, koq Cuma warga IX/A aja Bu,,hi…hi…maklum ibunya Cuma terbayang-bayang wajah IX/A , habis..IX/A sulit..banget melunasi uang pengukuhan,..ah, ibu buka kartu aja..)

Ibu Striya, M.Pd , guru Bahasa Indonesia juga ikut bicara..kalau saya sih..Arie K, Lucky Delli, Aulia Rahman,Ferry, Fitriyanoor,Firman, Dini,Ratu…(ih..koq banyak amat kan Cuma tiga besar Bu,..he..he..penginnya sih semuanya juara ).

Mengenai para jagoan Ujian Nasional ini. Guru-guru Cuma berandai-andai…kayak lagunya OPie Andaresta tahun 90 an itu lho…Cuma Khayalan…andai…a…a…aaku… Bagi nama yang belum disebutkan dalam jagoan, itu cuma lupa belaka…., mohon bersabar, akan ada susulan…he..he…

Intinya, pengumuman kelulusan UN ini diluar dugaan para guru dan siswa. Nilai-nilai ujian tersebut benar-benar kurang mempresentasikan kebenaran yang ada dengan kemampuan siswa sesungguhnya. Banyak siswa yang pintar, tapi nilainya rendah..sebaliknya banyak siswa yang sedang-sedang saja..nilainya membumbung ke atas atap..(he…he…balon kali..)Sedikit mengecewakan, tapi inilah system… Apa yang kita inginkan tak sesuai dengan kenyataan. Saat ini, Ujian Nasional..hanya semacam uji keberuntungan..get n lucky. Jenis soal yang pilohan ganda, memiliki peluang bagi siswa untuk berharap banyak semoga keberuntungan berada ditangan mereka. Semoga setiap soal yang dilingkari adalah benar…jadi istilah berdoa dan berharap jadi nomor satu..belajar nomor sekian… Tapi ada juga lho..yang emang pintar, jadi wajar aja kalau nilainya tinggi..

Bagi siswa, nilai jangan jadi acuan kebanggaan..belajar untuk menunjukkan prestasi sesungguhnya itu adalah tujuan…Sebab tiga tahun bersama, temanmu dan guru-gurumu tahu bagaimana kamu sebenarnya. Jangan kecewa dengan nilai yang tertera, jangan bangga dengan nilai yang ada..telusuri dirimu, benarkah aku menjadi diriku..?..(Ih,koq filsafat banget..bingung nih..)..Jangan lupa..belajarlah untuk selalu bersyukur…Langkah masih panjang...impian masih perlu diwujudkan,,,Terus….bermimpi..kayak Sang Pemimpinya Andrea Hirata.

Kedepan, diharapkan bagaimana mempola Ujian Nasional benar-benar dapat mempresentasikan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Tak hanya tanggung jawab para guru, tapi juga pemerintah yang telah memberlakukan ini semua. Kami tetap mengharap yang terbaik,..